Apa yang ada dibenak kamu ketika mendengar kata "terpaksa"? Apakah itu hal yang menyebalkan atau justru menyenangkan? Ya, berbagai macam pandangan orang emang beda-beda, ya, mengenai kata "terpaksa" ini.
Nah, dari beberapa sumber bacaan yang saya baca mengenai kata "terpaksa" ini membuat saya ingin menuliskan hal-hal ini. Mungkin buat orang yang membaca akan memberikan tanda tanya besar, ya. Sesuai sama judul yang saya buat, bahwa terpaksa itu melegakan hati. Kok bisa?
Ya, bisa aja sih. Menurut pandangan saya ini bisa banget loh. Berawal dari terpaksa akhirnya menjadi suatu hal yang baik. Banyak kan hal-hal yang terjadi seperti ini. Iya enggak? Bisa jadi kita gak sadar bahwa apa yang kita lakukan sekarang ini, berawal dari keterpaksaan. Lalu, jadi kebiasaan hingga akhirnya kita butuh akan hal tersebut.
Baca juga Dibalik Kerasnya Ibu, Ternyata Ini Alasannya!
So, terpaksa bisa membuat hati kita menjadi lega. Karena apa yang kita butuhkan telah terpenuhi. Begitu menurut saya. Jadi, kira-kira apa saja 15 hal itu, ya? Simak ulasannya berikut ini :
1. Musibah Memaksa Kita menjadi Sabar
Kalau di tanya apakah kita mau kena musibah atau enggak. Pasti jawabannya enggak. Iya, musibah itu emang enggak enak. Tapi apa jadinya jika kita tak terkena musibah? Apakah kita bisa belajar arti sabar yang sesungguhnya?
Saya rasa sih enggak, ya. Orang yang merasa tak pernah sulit di hidupnya, akan merasa sombong dan kuat. Nah, ketika musibah ini datang mau enggak mau kita akan merasa hidup ini begitu sulit. Akhirnya terpaksa kita sabar. Tapi keterpaksaan kita menjadi sabar ini bukan hal yang buruk, melainkan hal yang baik untuk kita.
Hati kita pun akan lega karena menjadi orang yang sabar dan menerima keadaan itu, akhirnya enggak ada lagi beban di hati. So, berawal dari terpaksa sabar, bisa melegakan hati kan?
2. Terpaksa Menjadi Baik
Bisa saja ada sebagian orang yang melakukan kebaikan karena terpaksa. Mereka enggak suka melakukan hal tersebut, tapi mau enggak mau harus dilakukan. Apa saja contohnya?
Misal, kita enggak suka menahan amarah, tapi kita harus menahannya agar tak menyakiti hati orang. Kita enggak suka ada yang mencela kita, tapi kita tak boleh membalasnya padahal rasanya pengin sekali membalasnya. Kita enggak suka sama seseorang karena pernah dikecewakan, tapi kita harus menahan rasa kecewa itu.
Menahan apa yang ada dan ingin sekali diluapkan itu enggak mudah loh. Kita terpaksa melakukannya, karena memang hal tersebut enggak boleh. Orang menganggap kita orang yang baik. Padahal emang kita terpaksa melakukannya.
Setelah itu kita sadar, bahwa kita bersyukur menahan itu semua dan memaksakan diri menjadi orang baik. Jadinya kita tak menyakiti hati orang lain. Kita pun menjadi lega dan lagi-lagi beban di hati hilang.
3. Terpaksa Melepas Kebahagiaan karena Sayang
Tak melulu orang yang kita sayang bisa bahagia ketika bersama kita. Kadang ketika takdir terasa sangat tak adil untuk kita, harus rela untuk melepaskan orang tersayang. Agar dia bahagia dengan orang lain. Rasanya pasti sangat menyakitkan.
Tapi karena rasa sayang yang amat besar, kita bisa melepas kebahagiaan itu. Kita enggak bisa bahagia sendiri, sedangkan dia tak bahagia bersama kita. Lebih baik kita lepaskan dia agar dia berbahagia dengan pilihannya.
Bukankah itu sangat melegakan hati? Karena kita bisa ikhlas untuk melepaskannya, meski rasa sayang masih membekas.
4. Jujur dengan Terpaksa Lebih Baik daripada Dusta
Jujur terkadang memang hal yang sangat sulit diungkapkan. Tapi, hal itu lebih baik daripada terus berbohong. Meski diawali dengan rasa terpaksa, tetapi setelah itu bukankah hati menjadi tenang? Karena tidak lagi dihantui rasa bersalah.
Maka, jujurlah meski itu terpaksa. Akan lebih melegakan hati dan bisa membuat kita lebih dipercayai.
5. Terpaksa Menangis Agar Hati Legowo
Merasa diri ini kuat, hingga selalu menahan menangis. Mengapa harus ditahan? Keluar saja semuanya, hingga hati kita menjadi lebih tenang dan legowo. Jika menangis menjadi hal yang perlu dipaksakan, ya tidak apa-apa untuk dilakukan.
Menangis bukan berarti diri ini lemah loh, kita hanya perlu mengeluarkan semuanya saja agar tak ada beban. Jadi, menangislah sepuasnya agar hati bisa lebih lega.
Baca juga Yuk, Sikapi Masalah Dengan Bijak, Cek 9 Hal Ini!
6. Terpaksa Melupakan Kenangan
Setiap manusia pasti memiliki kenangan pahit maupun kenangan indah. Bisa jadi kenangan indah yang kita punya itu adalah kenangan pahit. Dulu memang sebagai kenangan indah, tapi ketika sudah tidak bersama akan menjadi kenangan pahit untuk diingat kan?
Jika melupakan kenangan itu bisa membuat hatimu lebih lega. Lupakan saja.
Tak mengapa melupakan kenangan yang telah lalu. Lebih baik mulai menata masa depan lagi dan membuka hati. Ada kalanya setiap kehidupan memang akan berjalan seperti ini, tidak melulu sesuai dengan harapan kita. Tetaplah jaga hati ini, ya.
7. Terpaksa Berdamai dengan Keadaan
Masalah yang rumit membuat kita menjadi seseorang yang harus berdamai dengan keadaan. Padahal hal itu sulit untuk dilakukan. Rasanya ingin menghilang dari dunia ini saja, tetapi kita sadar hal itu bukan pilihan terbaik. Ya, berdamai dengan setiap keadaan yang tak baik membuat kita bisa lebih ikhlas menerimanya.
Hati ini yang tadinya penuh dengan beban, jadi sedikit lebih lega. Baiklah, sudah saatnya kita berdamai dengan keadaan ini.
8. Terpaksa Menabung Demi Masa Depan
Mengapa menabung menjadi hal yang perlu dipaksakan? Karena tak semua orang suka untuk menabung. Jika tidak dipaksakan akan menjadi hal yang menyulitkan untuk dirinya di kemudian hari. Jadi, mulailah menabung dari sekarang. Kita tak pernah tahu masa depan, apakah keuangan akan tetap stabil, meningkat atau menurun.
Tak ada salahnya menabung demi masa depan, agar hati ini juga bisa lega ketika keuangan semakin memburuk. Ya, lega karena sudah ada tabungan yang dapat digunakan pada saat dibutuhkan.
9. Terpaksa Bekerja Keras Demi Keluarga
Bekerja keras memang perlu, tetapi kadang kita butuh untuk sejenak rehat. Namun, lagi-lagi hal itu tak bisa dilakukan. Keluarga tak bisa menunggu. Ada banyak kepala yang perlu diberi makan, agar dapur tetap mengebul.
Tak apa, berjuang dan bekerja keraslah. Meski terpaksa, kita akan bahagia ketika melihat senyum keluarga dan mereka akan berterima kasih karena kita telah bekerja keras. Bukankah hal itu membuat hati kita menjadi lebih tenang?
Senyum keluarga menjadi semangat kita ketika lelah bekerja. Tak apa jika ada kalanya kita harus terpaksa bekerja keras di saat lelah. Manusiawi, kok.
10. Berkarya Memaksa Kita Produktif
Tak ada karya, jika tak produktif. Namun, kita sadar rasa malas yang begitu besar membuat kita hanya rebahan sepanjang hari tanpa ada hasilnya. Untuk itu kita dipaksa untuk produktif agar menghasilkan karya.
Keterpaksaan ini membuat kita sadar bahwa kesuksesan itu berawal dari keterpaksaan. Lalu, dari sanalah kita dapat menggapai apa yang telah kita cita-citakan. Memang terpaksa itu membuat beban hati sedikit berkurang ketika melihat sederet karya yang dihasilkan.
Baca juga Don't Tell People Your Plans, Show Them The Result!
11. Karena Terpaksa Kita Menjadi Lebih Maju
Lebih produktif, menghasilkan banyak karya, tentu kita akan lebih maju. Berawal dari keterpaksaan pada diri sendiri, memaksanya hingga terus produktif dan mengurangi rasa malas-malasan. Awalnya tak mudah, tapi jika kita tetap komitmen akan lebih mudah untuk menggapainya. Setuju kan?
12. Memaksakan Diri Agar Menerima Takdir Buruk
Menerima takdir buruk memang tak mudah, kita hanya ingin takdir yang baik saja. Tetapi itu mustahil ketika kita masih hidup di dunia ini. Takdir buruk adalah hal yang pasti terjadi, tinggal kitanya saja perlu mempersiapkan hati menerima ini.
Paksaan menerima takdir buruk, membuat hati kita jadi lebih ikhlas dan lega. Kita meyakini bahwa semua orang memiliki takdir buruk. Semua takdir memiliki kebaikan, begitu juga takdir buruk, pasti ada hikmahnya yang bisa kita ambil.
13. Awalnya Terpaksa Lalu Menjadi Kebiasaan
Ada hal-hal yang membuat kita terpaksa melakukan hal tersebut. Sebut saja beribadah, awalnya kita terpaksa melakukannya karena memang kewajiban. Lalu, lama kelamaan menjadi suatu hal kebiasaan dan berakhirnya menjadi kebutuhan.
Di saat hati ini sudah butuh untuk beribadah bukankah hati menjadi lebih tenang dan lega? Kita merasa lebih hidup karena rasa ikhlas di dada.
14. Terpaksa Membuat Kita Dimaklumi oleh Allah
Dari Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahu anhu bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
”Sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla memaafkan kesalahan (yang tanpa sengaja) dan (kesalahan karena) lupa dari umatku serta kesalahan yang terpaksa dilakukan.”
Ketika kita terpaksa melakukan sebuah dosa, seperti harus melakukan suatu hal yang buruk karena diancam akan dipukul atau dibunuh. Maka hal itu akan dimaklumi oleh Allah. Memang hati ini tak akan mau dan merasa tak sesuai dengan hati nurani.Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh Ibnu Mâjah (no. 2045)
Tapi sudah jelas pada hadist di atas bahwa hal tersebut Allah maklumi dan dimaafkan kesalahannya. Tentu, ini membuat hati lega dan tak merasa diri ini yang salah.
Menurut saya, terpaksa itu tak melulu hal yang buruk kok. Kadang kalau kita bisa melihat dari sudut pandang berbeda pasti ada hal-hal yang membuat takjub.
"Oh ternyata terpaksa tuh membuat saya jadi seperti ini."
"Oh karena keterpaksaan itu jadi bikin hati lebih lapang."
"Oh untung pas itu memaksakan diri menahan hawa nafsu, jadinya bisa lepas dari hal-hal buruk deh."
Dan sebagainya. Jadi, ya terpaksa itu bisa banget menyenangkan hati kita loh. Coba deh dilihat dari sudut pandang berbeda, ya!
Baca juga 15+ Hal yang Bisa Kita Lakukan Ketika Hati Sedang Resah!
Itu tadi 15 hal mengenai terpaksa yang bisa melegakan hati. Ya, mungkin ada beberapa hal yang membuat kita beda pendapat. Tapi tak apa sih. Setiap orang bisa melihat pandangan berbeda mengenai kata "terpaksa" ini kok.
Yuk, saling sharing di kolom komentar di bawah ini, ya. Menurut kamu terpaksa apa lagi yang bisa melegakan hati nih? Semoga bermanfaat, ya.
Salam,
Hal terpaksa yang melegakan hati ketika dulu harus LDM...terpaksa belajar menjadi Ibu sekaligus Ayah, karena suami jauh, keluarga juga jauh di kampung. Semnetara anak-anak masih kecil. Akhirnya keterpaksaan ini aku jadi bisa: lancar nyetir mobil, bisa ngurus dokumen ini itu, ngurus semua sekolah anak sendiri..pokoknya banyaak
ReplyDeletePernah terpaksa dan emang sebenarnya ada hikmah dari beberapa keterpaksaan itu.
ReplyDeleteSaya pernah terpaksa bekerja sambil kuliah. Eh, alhamdulillah kok setelah bisa melakukan keduanya secara bersamaan ternyata bikin saya merasa lebih kuat.
Iyes, kadang ikhlas itu sulit. Manusiawi, sih. Jalani sesuatu dengan terpaksa dulu gapp, kok. Asal terus jalan sambil bersabar dan berusaha mencari hikmahnya. Insyaallah nanti kita akan belajar ikhlas selama menjalaninya :)
Yah. Terpaksa nggak selalu buruk. Bisa jadi itu malah terbaik. Seperti yang sudah mbak steffy paparkan.
ReplyDeleteTerpaksa bangun di sepertiga malam terakhir untuk merayu Allah. Lama-lama juga dapat jodoh yang terbaik.
Aamiin Ya Rabb
awalnya terpaksa lama-lama nyaman dan dibuat rindu kalau tidak melakukannya ya mbak? Semoga Allah segera mengabulkan doa-doa mbak Yuni di sepertiga malam terakhir
DeleteAwalnya gak setuju dong sama judulnya. Mana ada terpaksa yang bisaa bikin melega kan. Eh ternyata gue salah paham. Nyatanya padahal gue juga pernah ngalamin terpaksa yang melegakan itu
ReplyDeleteTerpaksa melakukan adalah situasi dimana kita nggak punya pilihan. Ya sudah pasti melegakan mbak, kan nggak ada opsi lain yg bisa kita pilih. Mau nggak mau harus ikhlas jalani itu kan?
ReplyDeleteBener mba, aku sendiri jga merasa terpaksa pas pertama kali suruh nulis buku. Dari yang awalnya cuma bisa curhat-curhatan, sekarang udah jadi beberapa buku dan tulisan di blog. Seneng karena akhirnya malah jadi slah satu jalan untuk berkarya.
ReplyDeleteTerpaksa agar lebih mandiri dan dewasa. Jadi inget keadaanku tiga tahun lalu Mbak, keadaan memaksa untuk lebih kuat karena sesuatu yang tak terduga terjadi.
ReplyDeleteBener juga yaa mba. Ada hal2 yang memang harus dipaksa biar kita jadi manusia yang lebih baik lagiii. Contohnya ke15 hal di atas. Kalau ngga dipaksa selamanya ya jadi manusia yang begitu aja, ngga tahan banting, manja, dan mungkin cenderung jadi orang yang arogan. Alhamdulillah keterpaksaan nulis juga akhirnya membentuk sebuah habit yang ngga enak kalo dilakukan.
ReplyDeleteBeberapa terpaksa yang mbak tulis pernah kualami, mbak. Awalnya emang berat banget. Tapi seiring waktu berputar yang awalnya berat jadi enteng. Mungkin karena niat awal terpkasanya karena Allah dan lillah, ya.
ReplyDeleteyupp semua harus terpaksa karena saat jadi manusia hidup kita harus terpaksa agar bisa survive di kehidupan ini. semangat yaa untuk orang yg terus terpaksa
ReplyDeleteMemang sebenarnya setiap keadaan itu patut disyukuri, ya. Terima kasih sudah mengingatkan.
ReplyDeletememang ya, kita ini kadang harus terpaksa dulu supaya mau menjalankan sesuatu. sadar nggak, karena terpaksa itu kita jadi lebih tegas dengan diri kita sendiri. karena terpaksa juga kita jadi bisa melakuakn hal yang sebelumnya kita nggak bisa. aku sendiri nggk berani gendong bayi, takut. tapi karena terpaksa, aku jadi bisa dan berani :D
ReplyDeletetadinya terpaksa akhirnya terbiasa mungkin seperti itu ya mba akhirnya hehe
ReplyDeleteSetuju dengan: berawal dari keterpaksaan, pada akhirnya akan menyenangkan. Seperti mendisiplinkan diri untuk menulis, pada awalnya saya memaksa diri. Ada target harian, mingguan dan bulanan. Efeknya, lama-kelamaan menulis malah menjadi suatu kebutuhan. Pada akhirnya "oh ternyata terpaksa tuh membuat saya jadi seperti ini" benar-benar terucapkan.
ReplyDeleteBagus juga ya kalau terpaksa hehe
ReplyDeleteIya sih, banyak ya hal kita lakukan terpaksa demi kebaikan ♥️
Wah iya bener mbak berawal dari terpaksa akhirnya jadi biasa. Ternyata ada banyak hal postifit ya mbak yang bisa kita ambil dari keterpaksaan. Karena terpaksa akhirnya kita bisa mandiri, karena terpaksa akhirnya kita bisa tangguh. Keterpaksaan akhirnya menempa mental kita untuk menjadi orang yang kuat dan tidak mudah menyerah...
ReplyDeleteDari terpaksa lalu menjadi terbiasa atau bahkan ikhlas. Itu sungguh suatu proses yang tidak gampang ya, Mbak. Saya juga pernah mengalaminya. Semangat! Kita kudu setrong.
ReplyDeleteTulisan Mbak Steffi itu selalu bikin adem. Terpaksa ya lama-lama biasa ya. AKhirnya aku juga terpaksa keluar komunitas untuk mengurangi kesibukan dan fokus sm anak2
ReplyDeleteWahh benar juga ya mbak, g semua keterpaksaan itu buruk..
ReplyDeleteBaca tulisan ini jadi terbuka pikiran saya, makasih ya
Menangis untuk legowo dulu tidak pernah saya lakukan. Merasa cengeng, atau rapuh. Kini saya tahu, menangis jika bikin lega, apa salahnya?
ReplyDeleteMeski menangis dalam diam, saya tahu itu lebih baik dari dendam...
Saya dulu memaksa diri ikut grup ODOJ (One Day One Juz) karena ingin lebih baik dan rutin tilawahnya. Alhamdulillah setelah berjalan hampir enam tahun, sekarang sudah menjadi sebuah kebutuhan. Memang spertinya hampir semua hal kita lakukan dengan terpaksa ya mbak, tapi akhirnya kita bisa mengambil hikmah dan merasa bersyukur, karena keterpaksaan itu mampu menggali potensi yang kita miliki.
ReplyDeleteterpaksa menerima keadaan, jalani apa yang sudah ada dan mencoba perbaiki apa yang salah :) semangat ya kawan, semesta pasti akan membantu kita!
ReplyDeleteTerpamsa yang keren. Kita harusnya mengikhlaskan dan menyadari bahwa banyak hal dalam hidup yang tak sesuai keinginan, tapi sesungguhnya baik untuk kita.
ReplyDeleteBener banget. Saya pribadi banyak mengalami kemajuan (lebih baik) justru berawal dari sebuah ke-terpaksa-an. Mau tidak mau harus.
ReplyDeleteSama dengan ibadah ya kak, memang harus dipaksain. Berat, tapi lama-lama jadi ringan. Shalat tahajud misalnya, rasa malas, rasa kantuk tapi kalau dipaksain sekali, dua kali besok besok kalau gak ngerjain rasanya ada yang hilang.
ReplyDeleteSekarang ini aku masih bekerja dari rumah. Awalnya aku sakit, lama 2 minggu, mungkin karena ketakutan sendiri. Sekarang udah lebih santai, malah terbiasa bekerja dari rumah, engga terpaksa lagi. Malah males kemana-mana...hehe...
ReplyDeleteMenarik ya ini topiknya. Intinya 'cruel to be kind' alias ya memecut diri biar jadi baik. Atau terpaksa karena sudah digariskan Tuhan, apapun itu pasti untuk kebaikan ya :)
ReplyDeleteIni yang sering juga terjadi pada saya mbak steffi. Kita memang sering harus memaksakan diri untuk melakukan atau enggak melakukan sesuatu untuk maslahat diri dan orang lain. Walaupun berat, tapi kalau niatnya baik, Insya Allah bernilai positif ya Mbak :)
ReplyDeleteSemuanya memang butuh paksaan dulu ya mbak untuk bisa berubah. Kebiasaan juga mulanya berasal dari hal kecil yang dipaksa. Thank you for sharing mbak stef
ReplyDeleteBanyak hal memang dimulai dari terpaksa ya. Sebab kalau tidak dipaksa terlebih dahulu, beberapa orang belum mau sadar untuk segera melakukannya. Hukum, baik agama maupun negara, juga bersifat memaksa. Tapi karena sudah terbiasa, jadinya keterpaksaan itu bisa berubah pada kesadaran bahwa manusia memang perlu diatur.
ReplyDeleteterpaksa nggak melulu menyakitkan sebenernya ya, asal bisa mengambil hikmah dari sikap keterpaksaan itu, harusnya hati udah bisa legowo
ReplyDeleteterpaksa kalau untuk membuat diri menjadi lebih baik sepertinya malah lebih bagus ya
Jujur dengan terpaksa lebih baik dari dusta. Wow, ini makjleb banget
ReplyDeleteapalagi yang bawahnya, terpaksa menangis hati jadi lega
sesuatu banget
Kadang hal yang sifatnya terpaksa kalo dikerjakan bisa jadi baik untuk kita ya kak. Jadi bukan berarti terpaksa itu nggk baik ya
ReplyDeleteiya bgt mbak, masa remajaku dlu aku punya masalah keluarga yang besar bgt, sempet mikir kok idup gini amat yaa,, ehh ternyata dari keterpaksaan akan penerimaan masalah ini, byk bgt hikmah yang bisa diambil
ReplyDeleteKetika anakku beranjak usia 2 tahun, aku terpaksa rajin mandi pagi setiap hari libur. Tak lain karena sebagai teladan ke dia :D
ReplyDelete