Halo, Sobat Blogger!
Indonesia sedang mengalami cuaca yang terbilang panas sepanjang hari, terlebih saat memasuki musim hujan, yang mana sebenarnya menjadi sebuah anomali. Kurang lebih serupa dengan heat pump Indonesia, yang sama-sama dianggap sebagai anomali.
Biarpun hujan mampu menghapus gerahnya cuaca, tapi matahari yang bersinar di khatulistiwa tengah hari tak bisa sembunyi. Matahari terlalu perkasa untuk diminta bergeser barang sedikitpun.
Tinggal di negeri khatulistiwa semestinya menjadi hal yang wajar jika mendapat kelimpahan sinar sang surya. Apalagi saat belahan bumi utara sedang merindukan cahaya matahari, negeri tercinta jadi sasaran turis untuk berwisata. Tetapi cuaca akhir-akhir ini terlalu panas untuk diacuhkan.
Terpantau suhu mengalami kenaikan rata-rata 33˚C di tiap daerah di siang hari. Suhu di malam hari pun turun tak terlalu jauh dan sama saja panasnya. Mungkin itu sebabnya mengapa orang-orang justru keluar rumah meramaikan kedai kopi sambil berkumpul dengan kawan, supaya gerahnya cuaca sedikit terlupakan lewat senda-gurau.
Di wilayah selatan Indonesia, seperti di pulau Sumbawa, Lombok, Bali, dan Jawa terjadi kenaikan suhu sampai 36˚C. Malah suhu tertinggi berada di Bima, NTB tercatat 37,2˚C. Tentunya bukan suhu ideal untuk menikmati akhir pekan di luar rumah.Tapi memutuskan berada di rumah sama membosankannya bukan?
Bagaimana bisa terjadi? Bukankah musim hujan seharusnya dingin? Atau paling tidak sedikit sejuk?
Penyebab Panasnya Cuaca
Satu faktor jadi penyebab kenapa suhu meningkat sedemikian panasnya. Di Indonesia, bulan-bulan mendekati akhir tahun merupakan musim penghujan, jadi bukan itu penyebabnya. Gerak semu matahari tepat di atas ekuator patut ditengarai sebagai penyebab karena terlalu fokus menyinari di daerah tersebut. Akibatnya suhu jadi lebih tinggi, sementara daerah lain hanya kebagian remangnya saja.
Hebatnya negeri khatulistiwa, gerak semu matahari yang berada tepat di atas Jawa bukan faktor pertama. Mungkin akan sedikit lebih sejuk jika sekumpulan awan bersedia memayungi teriknya Nusantara. Tapi ternyata awan-awan itu direbut oleh siklon tropis VAMCO yang tengah berkembang di Laut China Selatan.
Tanpa awan, hujan tak mungkin bersemai. Tanpa awan, langit membiru cerah, kecuali Jakarta yang tingkat polusi udaranya paling tragis sedunia. Tanpa tudung awan-awan, sinar matahari tak perlu permisi masuk melalui jendela sehingga lebih optimal dalam memamerkan kegagahannya. Jadi wajar kalau matahari terlihat begitu jahat menyengat, sementara manusia tak berdaya melawannya.
Musim hujan seharusnya lebih dingin. Kata siapa? Sejak kapan tingkah alam bisa diatur seperti drama televisi? Awan yang membawa benih hujan, adalah hasil dari penguapan air di seluruh dunia. Saat mendung terbentuk, uap akan menjadi air, sementara gas panas lepas bebas di udara. Gas tersebut lalu menghangatkan permukaan dan membuat manusia merasa gerah.
Suhu yang Ideal
Panas adalah suhu yang ideal, tapi jika mampu memanfaatkannya dengan baik. Teknologi memungkinkan panas terkompres menjadi sesuatu berdaya guna bagi kehidupan manusia itu sendiri, seperti yang dilakukan oleh heat pump Indonesia. Pemanas air ini memanfaatkan panas di sekitar kemudian diserap dan disalurkan menuju kompresor.
Pada kompresor, refrigeran akan menaikkan tekanan dan suhunya. Suhu yang telah panas akan memanaskan air sampai suhu tertentu dan mengalirkannya ke tangki-tangki air atau langsung disalurkan untuk keperluan dapur dan kamar mandi.
Tapi siapa yang merasa nyaman berlama-lama duduk diam tapi merasa gerah tak masuk akal? Suhu panas mampu memicu amarah lebih cepat tersulut, mood tidak stabil, tidur jadi tak tenang, dan berbagai masalah menyebalkan lainnya. Mungkin tidak semudah memencet tombol saklar, menghidup-matikan lampu. Tapi manusia selalu punya cara untuk membuat hidupnya lebih baik.
Ilmu pengetahuan berkembang demikian pesatnya, sepesat gedung-gedung yang tumbuh subur. Ilmu pengetahuan semestinya digunakan menyejahterakan, bukan mematikan. Manusia selalu punya cara, manusia selalu bisa beradaptasi, tentang bagaimana caranya hidup di kondisi sulit dan peluang sempit.
Apalagi hanya cuaca panas, manusia masih bisa lolos dari kepunahan lewat berkali-kali pandemi. Mungkin tak ada cara melawan panas, seperti ide gila membangun perisai luar angkasa pemfilter matahari, misalnya. Tapi manusia tetap bisa hidup karena bermodal ide-ide gila itu, bukan? Mana mungkin manusia ke bulan kalau tidak diawali dengan ide gila yang kelihatan tidak masuk akal?
Kalau ide-ide gila itu butuh waktu lama dan butuh riset yang tak sembarangan, mungkin ada cara lain yang bisa dilakukan. Seseorang tidak perlu melawan, tapi berkawan. Tak jarang di suhu tertentu, hanya hewan tertentu yang mampu tinggal di sana karena ia memilih berkawan, seperti pinguin di suhu terdingin atau unta di suhu terpanas.Mengapa manusia tidak?
Metode berkawan dengan panas ini kemudian diadopsi demi menjawab kebutuhan teknologi yang ramah lingkungan seperti yang ditawarkan di sini. Bekerja sebagaimana kulkas dan AC yang memindahkan panas dari dalam ke luar, heat pump Indonesia justru sebaliknya. Ia mengambil panas dari luar kemudian memindahkan dalam wujud air panas di rumah.
Hasilnya tak hanya lebih hemat listrik daripada pemanas air konvensional, tapi juga lebih efektif dan efisien karena sudah dibekali fitur modern. Jadi, berdamai dengan cuaca panas tidak selalu harus melawan bukan?
Bagus ya heat pump Indonesia ini, bisa diandalkan untuk memnuhi kebutuhan keluarga di musim panas.
ReplyDeleteHeat pimp ini pas banget manfaatkan panas matahari berlimpah untuk digunakan sebagai pemanas air. Pasti kita jadi hemat listrik, bisa menggunakan sisa biaya listrik untuk kebutuhan lainnya.
ReplyDeleteKreatif. jadi apa yang biasanya membuat kurang nyaman, justru bisa dimanfaatkan untuk kenyamanan yang lain. Bagus idenya. Kalau di rumahku memang belum pasang AC sih. Alasannya karena listrik gak kuat aja, sejak pindah ke Jakarta kami baru tahu kalau daya listrik di rumah ini hanya 450. kalau naikin harus ganti token, malas dah. Akhirnya bertahan tanpa AC. Untungnya, anak jadi biasa aja mau panas atau dingin ya nyaman aja.
ReplyDeleteCuaca ekstrem kaya gini plus tinggal ditempat yang sangat dingin, heat pump indonesia jadi pilihan paling tepat.
ReplyDeletehooh, mbak. kebayang jika berdamai dengan panas adalah melawannya. Apa kabar kami yang tinggal di Madura dimana panas adalah nikmat yang tiada terkira? Sungguh, nggak perlu ke sauna jika ingin mencari keringat juga. #eh. hehehe
ReplyDeleteOwh jadi ini ya teknologi heat pump. Pernah dengar selintas dari pembicaraan teman. Bagus dan ramah lingkungan ya. Dan pastinya lebih hemat listrik. Ibu2 seperti saya kalo ada kata "lebih hemat" langsung tertarik.. Hehehe
ReplyDeleteWah...baru tahu nih ttg heat pump memanfaatkan udara panas. Yg aku tahu solar cell, memanfaatkan terang matahari diubah menjadi energi listrik u memanaskan air.
ReplyDeleteWah, keren nih idenya..heat pump, baru tahu saya. Lebih familiar pada heater
ReplyDeleteSetuju dengan prinsipnya, berdamai dengan cuaca panas tidak selalu harus melawan..tapi pilih berkawan
Keren teknologi yang diadopsi heat pump. Memgambil panas dari luar kemudian memindahkannua ke dalam rumah dalam wujud air panas. Semoga makin banyak kemajuan teknologi yang efesien seeprti ini.
ReplyDelete